Propellerads

Translate to your language

Tuesday, November 29, 2016

Sejarah Tuanku Imam Bonjol

Halo apa kabar pengunjung Catatan Callysta?

Pada postingan sebelumnya saya telah berbagi informasi tentang Sejarah Pangeran Diponegoro. Nah pada kesempatan kali ini saya akan kembali berbagi informasi dan pengetahuan tentang sejarah dan biografi tokoh. Tulisan saya kali inia dalah Sejarah Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol

Muhamad Sahab adalah nama asli Tuanku Imam Bonjol. Ia dilahirkan di Tanjung Bunga, Pasaman, Sumatera Barat. Oleh teman-temannya sewaktu remaja, ia dipanggil dengan nama Peto Syarif. Setelah menuntut ilmu di Aceh, ia kembali ke kampung halamannya dan belajar pada seorang alim ulama bernama Tuanku Nan.

Pada tahun 1807, Sahab mendirikan benteng pertahanan di kaki Bukit Tajadi dan diberinya nama Bonjol. Sejak saat itulah, ia di dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol. Ia aktif menyebarkan ajaran Padri mulai dari Lembah Alahan Oanjang sampai Tapanuli Selatan. Pada waktu itu, kaum Padri bertentangan dengan kaum adat. Belanda memanfaatkan hal itu untuk menguasai Sumatera Barat dengan mendukung kaum adat. Perang Padri pun pecah pada tahun 1921. 

Pada tahun 1924, Belanda mengadakan Perjanjian Masang dengan Tuanku Imam Bonjol dengan mengakuinya sebagai penguasa wilayah Alahan Panjang. Namun, Belanda menanggar perjanjian itu dan mendirikan benteng Fort van der Capellen di Batu Sangkar dan Fort de Kock di Bulittinggi. Keadaan ini membuat perang berkobar lagi.

Setelah perang Diponegoro (1825-1830), Belanda mengerahkan kekuatannya untuk memerangi kaum Padri kembali. Pada bulan September 1832, Belanda menduduki benteng Bonjol. Tetapi tiga bulan kemudian, benteng Bonjol tersebut berhasil direbut kembali oleh kaum Padri. 

Pada tahun 1834, Belanda mengerahkan pasukan yang lebih besar untuk menyerang benteng Bonjol. Namun baru pada tanggal 16 Agustus 1837, benteng itu jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Imam Bonjol sendiri berhasil meloloskan diri dan melanjutkan perjuangannya secara bergerilya. 

Dalam usaha menagkap Tuanku Imam Bonjol, pada bulan Oktober1837, Belanda berpura-pura mengajaknya berunding. Tuanku Imam Bnjol datang memenuhi undangan tersebut, namun ternyata ditangkap pada tanggal 25 Oktober 1837. Tuanku Imam Bonjol ditawan di Bukittinggi. Lalu ia diasingkan ke berbagai tempat, yaitu Cianjur, Ambon dan Lotan, daerah dekat Manado. Ia wafat di Manado pada tanggal 8 November 1864.

Demikianlah Sejarah Tuanku Imam Bonjol. Semoga bermanfaat. Silahkan shara ke teman-teman anda melalui media sosial. Jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini.
_________________________________________
Baca Juga :
- Sejarah Pangeran Diponegoro

Sejarah Pangeran Diponegoro

Halo apa kabar para pengunjung Catatan Callysta?

Pada kesempatan yang lalu saya telah berbagi pengetahuan yaitu tentang Cerita Rakyat : Batu Menangis. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tulisan lagi. Postingan saya kali ini adalah tentang sejarah seorang tokoh. Tulisan saya ini saya beri judul Sejarah Pangeran Diponegoro. Bagiaman ceritanya, mari kita simak bersama. 

Pangeran Diponegoro

Diponegoro adalah putera sulung Hamengkubuwono III, raja Mataram di Yogyakarta. Ibunya bernama R.A. Mangkarawati, seorang garwa ampeyan (isteri nonpermaisuri) yang berasal dari Pacitan. Nama asli Pangeran Diponegoro adalah Raden Mas Ontowiryo.  Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hemengku-buwono III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Beliau menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri.

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong.

Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan, mereka membuat sayembara. Hadiah 50.000 gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada tahun 1830.

Pada tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro menemui Jenderal De Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Namun, Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan cermat. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, setelah itu dibawa ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada tanggal 5 April. 

Pada tanggal 11 April 1830, Diponegoro sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahilah). Pada tanggal 30 April 1830, keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnanigsih, Tumenggung Dipososno dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. Tahun 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makasar, Sulawesi Selatan. Pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Melayu Makassar

Demikianlah Sejarah Pangeran Diponegoro. Semoga bermanfaat. Silahkan shara ke teman-teman anda dan jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini. 
_________________________________________________ 
Baca juga :

Monday, November 28, 2016

Cerita Rakyat : Batu Menangis

Halo apa kabar para pengunjung Catatan Callysta?

Pada kesempatan yang lalu saya telah menulis tentang Cerpen Anak : Pelajaran Nenek Penjual Sapu. Pada kesempatan ini saya akan menulis tentang cerita rakyat. Tulisan saya kali ini adalah Cerita Anak : Batu Menangis. Yuk kita simak bersama.

Batu Menangis

Di sebuah bukit yang jauh dari desa, tinggallah seorang janda miskin dan anak gadisnya. Anak gadisnya itu amat pemalas. Ia tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Kerjanya setiap hari hanya berdandan, berdandan dan berdandan saja. Ia suka menuntut kepada ibunya. Setiap kali ia meminta sesuatu, ibunya harus mengabulkannya.

Pada suatu hari mereka turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar di desa itu amat jauh sehingga mereka harus berjalan kaki. Ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang. Sedangkan anak gadisnya berlenggang di depan. Ibunya berpakaian amat sederhana. Sebaliknya, anak gadisnya berpakaian mewah. Mereka hidup terpencil. Tidak seorang pun mengetahui bahwa mereka adalah ibu dan anak. Ketika memasuki desa, mereka bertemu dengan penduduk yang lain. Di antara orang-orang tersebut ada seseorang yang bertanya kepada si gadis, katanya, “Manis, apakah yang di belakangmu itu ibumu?”

“Bukan!” jawab si gadis dengan angkuhnya. “Ia adalah pembantu saya.”

“Manis, apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?” tanya orang kedua yang berjumpa dengannya.

“Bukan, bukan!” jawab si gadis. “Ia adalah budak saya.” Begitulah jawaban si gadis setiap kali ditanya penduduk desa yang berjumpa dengannya. Sang Ibu diperlakukan sebagai budaknya.

Mendengar jawaban putrinya yang durhaka itu, pada awalnya si ibu masih dapat menahan diri. Setelah berulang kali mendengar jawaban yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu tak bisa menahan diri. Si ibu berdoa kepada Tuhan, “Ya, Tuhan, hukumlah anak durhaka ini. Ya hukumlah dia ... .“

Doa sang Ibu didengarkan Tuhan. Perlahan-lahan tubuh gadis yang durhaka itu berubah menjadi batu. Ketika setengah badan telah menjadi batu yang dimulai dari kaki, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. “Ibu, Ibu, ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan saya selama ini!” Si gadis terus menangis.

Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh sang gadis akhirnya berubah menjadi batu. Namun, orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata. Batu itu seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis itu diberi nama “Batu Menangis”.
Y.B. Suparlan, Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia, 2004

Demikianlah tulisan singkat saya tentang Cerita Rakyat : Batu Menangis. Semoga bermanfaat. Silahkan share ke teman-teman anda melalui Google +. Jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini.
_________________________________________________
Baca juga :
Unsur-unsur Dalam Cerita Rakyat
Bentuk-bentuk Cerita Rakyat dan Contohnya
Fabel (Dongeng Binatang) : Semut dan Kepompong

Friday, November 25, 2016

Cerpen Anak : Pelajaran Nenek Penjual Sapu

Halo apa kabar para pengunjung Catatan Callysta?

Pada kesempatan yang lalu saya telah menulis tentang fabel atau dongeng binatang yang berjudul Cerita Semut dan Kepompong. Nah pada kesempatan kali ini saya akan menulis tentang materi bahasa Indonesia. Tulisan saya kali ini adalah tentang cerpen atau cerita pendek untuk anak yaitu Pelajaran Nenek Penjual Sapu. Yuk kita simak bersama.

Pelajaran Nenek Penjual Sapu

Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu Hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silahturahmi bersama kerabat, mereka melewati Pasar Godean. Ibu dari teman saya tergoda membeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap.

Di samping warung ayam goring tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh seperti pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya.

Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp 1.000,00 karena iba dan menganggap nenek itu pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak.

Penjual ayam goreng yang kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp 1.500,- per ikat. Meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar.

Menerima uang Rp 5.000,00 si nenek tampak bergumam sendiri. Ternyata dia tidak punya uang kembalian, “Ambil saja uang kembaliannya,” kata ibu teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari uang kembalian Rp 500,00. Ia lalu bangkit dan dengan susah payah untuk menukar uang di warung terdekat.

Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada orang yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.
Intisari, Agustus 2004

Demikianlah tulisan saya tentang Cerpen Anak Pelajaran Nenek Penjual Sapu. Semoga bermanfaat. Silahkan share tulisan saya melalui Google + atau media sosial lainnya. Jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini.

Fabel Cerita Semut dan Kepompong

Halo apa kabar para pengunjung Catatan Callysta?

Pada kesempatan yang lalu saya telah menulis tentang lagu Terima Kasih Guruku (Lirik dan Video) dalam rangka Hari Guru Nasional. Nah pada kesempatan kali ini saya akan menulis tentang materi bahasa Indonesia. Tulisan saya kali ini adalah tentang dongeng binatang yaitu Fabel : Cerita Semut dan Kepompong. Yuk kita simak bersama. 

Cerita Semut dan Kepompong

Di sebuah hutan, hidup berbagai binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu, dan lain-lain. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat. Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah. Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Ia pun berjalan melihat sekelilingnya. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. 

Semut bergumam,“Hmm, alang-kah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa ke mana-mana. Menjadi kepompong memang memalukan! Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja yang aku mau,” ejek Semut pada Kepompong. 

Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya. Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam.

“Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini,” keluh Semut. Semakin lama, Semut semakin tenggelam dalam lumpur. “Tolong…tolong,” teriak Semut.

“Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya…?” Semut terheran mendengar suara itu. Ia memandang ke sekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya

“Hai, Semut! Aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek. Sekarang, aku sudah menjadi kupukupu. Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat… sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?”

“Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?” kata Semut pada Kupu-kupu. Kupu-kupu pun menolong Semut yang terjebak dalam lumpur. Tidak berapa lama, Semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut. Setelah terbebas, Semut mengucapkan terima kasih kepada Kupu-kupu. 

Kupu-kupu lalu berkata “Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita untuk menolong yang sedang kesusahan. Sebaiknya kamu jangan mengejek hewan lain. Setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh Yang Maha Pencipta. Sejak saat itu, Semut dan Kepompong menjadi sahabat karib.
Sumber : Majalah Bobo Juni 2006

Demikianlah tulisan saya tentang Fabel Cerita Semut dan Kepompong. Semoga bermanfaat. Silahkan share tulisan saya melalui Google + atau media sosial lainnya. Jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini.

Thursday, November 24, 2016

SBK : Lagu Terima Kasih Guruku (Lirik dan Video)

Halo apa kabar para pengunjung Catatan Callysta?

Pada kesempatan sebelumnya saya membuat tulisan tentang Lagu Hymne Guru (Lirik dan Video). Nah, pada kesempatan ini, masih dalam rangka Hari Guru Nasional, saya ingin membuat tulisan tentang Lagu Terima Kasih Guruku (Lirik dan Video). Lagu ini biasanya menjadi lagu yang sering dinyanyikan saat hari guru nasional tiba. 

Lagu Terima Kasih Guruku merupakan salah satu lagu nasional yang diciptakan oleh Sri Widodo. Lagu ini identik sekali dengan guru sebagai pahlawan tanda jasa yang selalu membimbing para siswa dengan tulus. Berikut ini adalah liriknya.

Terima Kasih Guruku

Terima kasihku ku ucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti

Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kan ku ingat selalu nasehat guruku
Terima kasihku guruku

Terima kasihku ku ucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti

Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kan ku ingat selalu nasehat guruku
Terima kasihku guruku

Nah itulah lirik lagu Terima Kasih Guruku yang cukup berkesan dan memiliki makna yang sangat mendalam dalam diri setiap siswa. Jika benar-benar dihayati akan sangat menyentuh sekali lagunya. Untuk video lagu Terima kasih Guruku bisa dilihat berikut ini. 



Demikianlah tulisan saya tentang Lagu Terima kasih Guruku (Lirik dan Video). Semoga bermanfaat. Silahkan share ke teman-teman anda dan jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan dan keberadaan blog ini. 

SBK: Lagu Hymne Guru (Video dan Lirik)

Halo apa kabar pengunjung Catatan Callysta?

Sudah lama saya tidak memposting di blog ini karena kesibukan saya sebagai ibu rumah tangga. Pada kesempatan kali ini saya akan membuat tulisan tentang pelajaran SBK atau Seni Budaya dan Keterampilan. Ini karena sepulang sekolah tadi anak perempuan saya yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar mengajak saya untuk mencari kado buat gurunya. Katanya besok tepat tanggal 25 November adalah Hari Guru Nasional (HGN). Akhirnya saya mempunyai ide untuk menulis lirik lagu Hymne Guru ini, walaupaun sudah banyak di blog lain tapi paling tidak saya turut bersimpati terhadap jasa guru. 

Lagu Hymne Guru merupakan sebuah lagu pendek yang diciptakan oleh Sartono. Lagu Hymne Guru ini bercerita tentang ucapan terima kasih terhadap guru yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Satu guru bisa mewujudkan banyak cita-cita. Nah berikut ini adalah lirik lagu Hymne Guru yang diciptakan oleh Sartono. 

Hymne Guru

Terpujilah wahai engkau Ibu Bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku 
Tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan.
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
tanpa tanda jasa

Nah itulah lirik lagu Hymne Guru. Saya yakin sahabat-sahabat Callysta akan selalu menghargai jasa guru-guru kita yang dulu telah mendidik kita menjadi seperti sekarang ini. Untuk video lagu Hymne Guru bisa dilihat berikut ini. Saya menonton video ini sampai terharu. Anak-anak SD yang menyanyikannya.



Demikianlah informasi singkat mengenai Lagu Hymne Guru (Video dan Lirik). Semoga bermanfaat. Silahkan share ke teman-teman anda dan jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini. Terima kasih.