Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Khamdan wasukronlillah.
Dewan yuri yang saya hormati dan teman-teman peserta lomba pidato dalam bahasa Indonesia yang saya cintai. Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kita ,sehingga kita dapat berkumpul dalam acara lomba pidato dalam bahasa Indonesia tingkat Kecamatan Karanganyar tahun 2014, tanpa aral suatu apapun. Sholawat dan salam marilah kita sanjungkan kepada junjungan kita nabi agung Muhhammad Solollahu Alaihiwasalam, yang telah kita nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah, amin.
Dewan yuri dan hadirin yang berbagia.Perkenankan pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato dengan judul “ Korupsi Memalukan Hingga Anak Cucu “ .
Dewan yuri dan hadirin yang saya hormati. Mengapa korupsi bisa terjadi? Tahukah teman-teman ? Ya , karena ada niat dan kesempatan . Ada niat kalau tidak ada kesempatan tidak akan terjadi korupsi. Sebaliknya ada kesempatan tidak punya niat juga tidak bakal korupsi. Terbukti kesempatan itu dimiliki mereka yang menduduki kekuasaan, baik politik, anggaran, maupun pemerintahan, baik yang duduk di badan anggaran panitia anggaran maupun yang duduk di pucuk pimpinan.
Tetapi sayang seribu kali sayang. sejak upaya bangsa ini bertekat memberantas korupsi bukannya korupsi hilang dari peredaran tetapi justru semakin merajalela .
Siapa yang harus disalahkan? Para pejabat yang duduk di jajaran pengawasan ? Atau aparat kepolisian? Yang penting jangan menuding para guru . sebab tidak pernah ada guru yang mengajarkan kami untuk koropsi . Betul teman-teman?
Dewan yuri dan hadirin yang saya hormati, janganlah menyalahkan orang lain sebagai biang korupsi. Tetapi akar penyebab koropsi adalah pada diri koroptor itu sendiri.
Para koruptor tidak menyadari jika dampak dari perilakunya, mencoreng nama harum keluarga. Akibat dari sekali melakukan korupsi, menikmati gelimangnya harta, berakibat mencoreng nama baik keluarga. Jika sudah begitu siapa yang bertanggung jawab? Nasi sudah menjadi bubur. Tidak dapat kita berbuat apa-apa. Pastilah anak cucu bahkan generasi penerus yang akan menanggung malu dan aib selama- lamanya.
Hadirin yang dirahmati Allah, bisa kita jadikan cermin untuk kita semua betapa malunya seorang isteri atau suami harus mendatangi rumah tahanan, betapa malunya orang tua menengok anaknya di hotel prodio, dan betapa malunya seorang anak harus datang menjenguk orang tuanya di Rutan KPK. Ditayangkan oleh semua stasiun televisi, dimuat di harian surat kabar yang dibaca semua orang. Bahkan jadi bahan pembicaraan disetiap talkshow. Sungguh memalukan kalau sudah begitu bagaimana teman-teman ,siapa yang menanggung malu? Ya , pastilah anak cucu.Tetapi mengapa mereka tidak jera? Karena enak, bisa hidup bergelimang harta rumah megah ,mobil mewah, perhiasan mahal. Cukuplah berhenti sampai di sini.tidak ada lagi anak cucu yang dibuat malu. Cukuplah anak cucunya Gayus Tambunan, Ahmat Fathonah ,Joko Susilo , dan Akil Mokhtar, serta Ratu Atut. Jangan ada lagi anak cucu lain yang harus dibuat malu oleh orang tua, kakek dan neneknya sendiri .
Bagaimana caranya? Ayo, tanamkan pada diri kita nilai-nilai luhur agama, nilai-nilai luhur Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan NKRI harga mati. Yang disebut dengan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Jika yang tua sudah terlanjur, marilah kita yang muda bergegas dan berupaya membangun diri dengan membentengi jiwa anti korupsi sejak dini. Jangan suka mengambil yang bukan haknya . Insya Allah akan terbangun generasi anti korupsi yang tangguh, yang mampu membangun mental banggsa untuk tidak korupsi.
Sehingga bangsa Indonesia akan dapat menjadi bangsa yang besar dan sejahtera.
Dewan yuri dan hadirin yang saya hormati. Marilah kita bersama memohon kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, untuk selalu mendapat petunjuk dalam setiap langkah dan pengabdian kita, sehingga semua langkah yang kita lakukan baik sebagai politikus, pemimpin, anggota dewan, guru, maupun yuri, serta sebagai siswa selalu dalam hidayah dan lindunganNya, amin.
Kiranya cukup sekian pidato saya, jika ada kesalahan dan kehilafan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tak ada gading yang tak retak. Sebelum saya akhiri terimalah pantun ini ,
Tikus kecil curi peniti
dikejar kera pakai palu
mari kita cegah korupsi
agar anak cucu tak malu
Billahi taufik walhidayah, Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokaatuh.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi Catatan Callysta. Semoga bermanfaat. Saya sangat berterima kasih sekali jika pembaca berkenan untuk share ke G+1 dan meninggalkan komentar demi kemajuan blog saya.