Pada kesempatan yang lalu saya telah berbagi pengetahuan yaitu tentang Cerita Rakyat : Batu Menangis. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tulisan lagi. Postingan saya kali ini adalah tentang sejarah seorang tokoh. Tulisan saya ini saya beri judul Sejarah Pangeran Diponegoro. Bagiaman ceritanya, mari kita simak bersama.
Pangeran Diponegoro
Diponegoro adalah putera sulung Hamengkubuwono III, raja Mataram di Yogyakarta. Ibunya bernama R.A. Mangkarawati, seorang garwa ampeyan (isteri nonpermaisuri) yang berasal dari Pacitan. Nama asli Pangeran Diponegoro adalah Raden Mas Ontowiryo. Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hemengku-buwono III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Beliau menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan, mereka membuat sayembara. Hadiah 50.000 gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada tahun 1830.
Pada tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro menemui Jenderal De Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Namun, Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan cermat. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, setelah itu dibawa ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada tanggal 5 April.
Pada tanggal 11 April 1830, Diponegoro sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahilah). Pada tanggal 30 April 1830, keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnanigsih, Tumenggung Dipososno dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. Tahun 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makasar, Sulawesi Selatan. Pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Melayu Makassar
Demikianlah Sejarah Pangeran Diponegoro. Semoga bermanfaat. Silahkan shara ke teman-teman anda dan jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini.
_________________________________________________
Baca juga :
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi Catatan Callysta. Semoga bermanfaat. Saya sangat berterima kasih sekali jika pembaca berkenan untuk share ke G+1 dan meninggalkan komentar demi kemajuan blog saya.